10 Cara Sederhana yang dapat Membuktikan Bahwa Bumi Tidak Datar

10 Cara Sederhana yang dapat Membuktikan Bahwa Bumi Tidak Datar

Ilmu pengetahuan memang akan selalu berkembang. Tentu saja ini hal yang pasti dan tidak diragukan lagi. Meskipun begitu banyak fakta dasar yang masih dipertahankan setelah ratusan maupun ribuan tahun lalu karena kebenarannya. Contohnya saja teori gravitasi Newton, hukum relativitas dll, mungkin saja teori tersebut bisa kurang tepat. Apalagi jika ada penelitian lebih baru yang dapat membantahnya.
Di Indonesia sekarang banyak perdebatan mengenai bentuk bumi yang sebenarnya sudah disepakati bentuknya sekitar 500 tahun yang lalu. Hal ini tentu saja bagus karena  dapat merangsang dan memacu pikiran kita terhadap sesuatu yang sudah pasti. Tentu saja kita harus belajar dan mempertanyakan lagi benarkah bumi itu bulat? Kenapa tidak datar dsb nya. Oleh karena itu penggagas akan berusaha memberi informasi mengenai bukti-bukti ilmiah bahwa bumi itu tidak datar.
Berikut ini 10 faktanya

1. Bulan

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa bulan itu berbentuk bulat. Bulan akan tampak berubah-ubah dari bulan sabit, bulan purnama hingga kembali menjadi sabit lagi apabila dilihat dari bumi. Bahkan prediksi pemberian tanggal berdasarkan bulan juga sangat akurat. Hal ini berarti bulan berputar pada orbit yang jelas.
Hal ini cukup menjadi misteri bagi orang-orang Yunani kuno, mereka juga melakukan pengamatan mendalam terhadap bulan untuk mengetahui bentuk dari planet kita. Aristoteles (yang membuat cukup banyak pengamatan tentang sifat bola bumi) melihat bahwa selama gerhana bulan (ketika posisi bumi berada diantara Matahari dan Bulan, akan menciptakan bayangan dalam prosesnya), bayangan di permukaan Bulan adalah bulat. bayangan ini adalah Bumi, dan itu adalah bukti besar pada bahwa bumi memliki bentuk spheric bola.
Gerhana bulan (Javier Sánchez)
Gerhana bulan
Gambar diatas menunjukkan serangkaian foto dari gerhana bulan yang terjadi pada 15 April 2014. Anda dapat melihat bayangan bumi melintasi permukaan Bulan, dan bentuk bayangannya adalah melengkung karena bumi adalah bulat.
Karena bumi berputar (lihat eksperimen “Foucault Pendulum” untuk bukti yang pasti, jika teman-teman masih ragu-ragu), bentuk bayangan yang konsisten oval yang dihasilkan di setiap gerhana bulan membuktikan bahwa bumi ini tidak hanya bulat tapi berbentuk seperti bola yang agak lonjong.

2. Munculnya Kapal dari Horizon

Jika Anda sudah pernah pergi ke pelabuhan, atau hanya berjalan menyusuri pantai dan memandangi cakrawala, teman-teman mungkin melihat fenomena yang sangat menarik: saat kapal mendekat, kapal tersebut tidak hanya “muncul” dari cakrawala ( seperti mereka harus memiliki jika dunia itu datar), melainkan muncul seakan-akan dari bawah laut.
Tetapi aslinya kapal tersebut sama sekali tidak tenggelam dan tiba-tiba muncul (kecuali dalam “Pirates of the Caribbean” yang notabenenya adalah film fiktif!!!). Alasan kapal-kapal tersebut tampak seolah-olah mereka “muncul dari bawah laut” adalah karena dunia tidak datar alias bulat (spheric) atau bola yang tidak sempurna.
Ilustrasi kapal yang seakan-akan muncul dari bawah laut dan semut di permukaan jeruk (Moriel Schottlender)
Apa yang akan Anda lihat jika Anda melihat semut berjalan ke arah Anda atas permukaan melengkung.
Bayangkan apabila semut berjalan sepanjang permukaan jeruk dan menuju kearah teman-teman. Jika Anda melihat jeruk tepat di depan kita, kita akan melihat tubuh semut perlahan naik dari “cakrawala”, karena kelengkungan jeruk. Jika Anda akan melakukan percobaan itu dengan jalan panjang, efeknya akan berubah: Semut akan perlahan-lahan ‘tampak’ di depan kita, tergantung pada seberapa tajam penglihatan Anda.

3. Variasi Konstelasi Bintang

Pengamatan ini awalnya dibuat oleh Aristoteles (384-322 SM), yang menyatakan Bumi bulat dilihat dari rasi bintang yang berbeda saat dia bergerak menjauh dari khatulistiwa.
Sudut pandang kita melihat bintang pada kondisi bumi bulat (Moriel Schottlender)
Setelah kembali dari perjalanan ke Mesir, Aristoteles mencatat bahwa ada rasi bintang yang terlihat di Mesir dan Siprus tetapi tidak terlihat di daerah utara. Fenomena ini hanya bisa dijelaskan apabila manusia melihat bintang dari permukaan yang bulat. Aristoteles mengklaim bahwa lingkup lekukan bumi berbentuk melengkung tetapi karena ukuran bumi yang besar perbedaan pandangan rasi bintang tidak bisa langsung terlihat. (De caelo, 298a2-10)
Semakin jauh Anda pergi dari khatulistiwa, semakin bervariasi konstelasi bintang yang kita lihat dan digantikan oleh bintang-bintang yang berbeda. Ini tidak akan terjadi jika dunia itu datar:
Sudut pandang kita melihat bintang pada kondisi bumi datar (Moriel Schottlender)

4. Bayangan dan Tongkat

Jika teman-teman mencoba menancapkan tongkat pada tanah, maka akan tongkat tersebut akan menghasilkan bayangan. Bayangan bergerak seiring berjalannya waktu (yang merupakan prinsip kuno Bayangan Jam). Jika bumi ini memang datar, apabila dua tongkat ditancapkan di lokasi yang berbeda akan menghasilkan bayangan yang sama:
 
Ilustrasi bayangan tongkat yang ditancapkan pada tanah ketika kondisi bumi datar (Moriel Schottlender)
Bayangkan sinar matahari (diwakili oleh garis kuning) akan melewati dua tongkat (garis putih) yang berada pada jarak terpisah. Jika bumi datar, bayangan yang dihasilkan akan sama panjang, tidak peduli seberapa jauh teman-teman menempatkan tongkat.
Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Apabila teman-teman ukur dua tongkat dengan jarak tertentu maka panjang bayangannya akan berbeda. Hal ini dikarenakan bumi itu bulat, dan tidak datar:
Ilustrasi bayangan tongkat yang ditancapkan pada tanah ketika kondisi bumi bulat (Moriel Schottlender)
Eratosthenes (276-194 SM) menggunakan prinsip ini untuk menghitung keliling Bumi dengan cukup akurat.

5. Melihat dari Ketinggian

Apabila kita berdiri di dataran tinggi, teman-teman dapat melihat pemandangan di depan menuju cakrawala. Dengan memfokuskan mata kita, kemudian mengambil teropong favorit an menatap melalui objek yang kita suka, sejauh mata kita memandang (dengan bantuan lensa teropong) kita bisa melihatnya.
Semakin tinggi tempat kita maka semakin jauh kita akan dapat melihat. Biasanya, hal ini cenderung dihubungkan dengan hambatan di Bumi, seperti contohnya kita memiliki rumah atau pohon yang menghalangi penglihatan kita dari tanah. Apabila kita mendaki ke atas maka kita akan memiliki pandangan yang lebih jelas, tetapi hal itu bukanlah alasan yang benar. Bahkan jika teman-teman memiliki tempat tinggi yang benar-benar jelas tanpa rintangan, kita tetap akan melihat lebih jauh dari ketinggian yang lebih tinggi.
Fenomena ini juga disebabkan oleh kelengkungan bumi dan tidak akan terjadi jika bumi itu datar:
Sudut pandang ketika bumi datar (Moriel Schottlender)
Sudut pandang ketika bumi bulat (Moriel Schottlender)
9 Hal yang Membuktikan Bentuk Bumi Bulat

9 Hal yang Membuktikan Bentuk Bumi Bulat

Percayakah kamu bahwa bentuk bumi itu bulat?
Sebelum bukti otentik berupa foto bumi dari luar angkasa keluar, belum ada seorang pun yang percaya. Begitu pula yang terjadi pada Galileo Galileo pada tahun 1616.
Ketika Galileo mengutarakan pendapatnya tentang bumi yang berbentuk bulat, pihak gereja pun memusuhi lantas memenjarakannya. Pihak gereja sudah terlanjur percaya pada teori yang menyatakan bentuk bumi datar.
Pihak gereja tidak mempercayai Galileo karena ia tidak mempunyai bukti berupa foto atau gambar. Selain itu, sikap arogan pihak gereja telah memasung mereka ke dalam pehamaman saklek tentang bentuk bumi.
Baru ketika Apollo 8 mengadakan misi luar angkasa dan berhasil mendapatkan foto bumi, pendapat Galileo diakui seluruh dunia. Menakjubkan bukan? Butuh waktu 3,5 abad untuk membuktikan kebenaran pendapat Galileo.
Hasil temuan gambar bumi dari Apollo 8 pada tanggal 24 Desember 1968 itu disebut earthrise yang artinya bumi muncul. Warna bumi dari gambar tersebut adalah kebiruan dan bentuknya bulat.
Walaupun saat itu bukti berupa foto sudah muncul, namun masih ada yang menyangkal kebenarannya. Kelompok penyangkal tersebut disebut penganut flatearther. Mereka tetap percaya bahwa bumi itu bentuknya datar.
Pendapat lain tentang bumi diungkapkan oleh James Mclntyre, moderator situs diskusi masyarakat bumi rata di Negara Inggris. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti piring.
Menurutnya, bumi tidak rata secara keseluruhan karena terdapat bukit dan lembah. Ia bahkan menyatakan diameter bumi berukuran 24.900 mil.
James pun berani menyangkal bukti foto bumi yang ditunjukan NASA. Ia menganggap foto tersebut hasil rekayasa internasional untuk mengeruk keuntungan semata.
Lain halnya dengan Christine Garwood, pengarang buku Flat Earth: The History of an Infamous Idea yang berpendapat tentang kepercayaan penganut paham flatearthers.
Ia mengatakan, sebenarnya mereka merupakan pencetus teori konspirasi tentang bumi datar. Itulah sebabnya mereka pun menganggap foto-foto yang ditunjukan NASA adalah palsu.
Tapi, terlepas dari munculnya kelompok flatearthers, hampir seluruh manusia di bumi percaya bahwa bumi berbentuk bulat.
Di samping itu, fakta otentik berupa foto bumi yang ditunjukan NASA dan ahli astronomi beberapa dekade ini cukup menguatkan pendapat bahwa bumi berbentuk bulat.
Supaya kamu semakin percaya bentuk bumi itu memang bulat, simak 9 hal berikut ini.

1Foto Bumi Dari Apollo 17

Tepat pada tanggal 7 Desember 1972, tim Apollo 17 memotret gambar bumi dari luar angkasa. Hasilnya, terbukti bahwa bumi berbentuk bulat.
Gambar tersebut telah dipublikasikan sehingga diketahui oleh seluruh dunia. Tentu saja sekali lagi mematahkan pendapat kelompok flatearthers.

2Pergeseran Bintang

Coba perhatikan bintang yang bergeser dari tempatnya. Taruhlah contoh ketika kamu melihat rasi bintang orion. Kalau kamu bergerak ke arah utara atau selatan, rasi bintang orion akan terbalik di langit belahan bumi selatan.

3Penjelajahan Ferdinand Magellan

http://www.tandapagar.com/bentuk-bumi/

 

 

Mana yang benar: Bumi bulat atau Bumi datar?

Mana yang benar: Bumi bulat atau Bumi datar?

Halo! Artikel blog Zenius kali ini akan membahas tentang bentuk bumi. Sebenernya materi bentuk bumi merupakan materi IPA kelas 3 SD dan sudah diketahui oleh manusia sejak 2300 tahun yang lalu. Tapi berhubung akhir-akhir ini banyak yang mendebatkan, jadi ga ada salahnya kita flashback jauh ke belakang sekaligus mengenang masa kecil kita masing-masing :p
Akhir-akhir ini di berbagai media sosial rame banget dibahas tentang bumi yang berbentuk datar (flat earth). Ga cuma di Indonesia, di Amerika pun pandangan bumi datar pun sempet rame dan cukup banyak dipercaya oleh beberapa kalangan. Guru-guru yang diharapkan bisa men-counter hal ini ga jarang ikut-ikutan terbawa arus. Berikut ini curhatan salah satu siswa di email zenius:
Zenn, plis banget kali ini saya minta bikin artikel tentang mana yang benar antara bumi datar atau bumi bulat (gak bulat bgt sih). Sekolah saya udah gaduh. Guru-guru saya udah mulai percaya teori bumi datar. Angkatan kakak kelas saya juga udah mulai gabener. Masa promosi ekskul malah nyinggung-nyinggung kalo bumi itu datar. Masalahnya bawa-bawa ayat-ayat kitab agama tertentu. Saya cuma takut kita anak-anak Indonesia pemikirannya malah mundur. Karena udah terjadi di lingkungan sekolah saya. pliss banget zenn biar semua cerah terang benderang. Gaada lagi propaganda benci negara-negara tertentu karena membeberkan teori bohong. plissss zen saya mohon dengan sangat. Kalau bisa narasumbernya dicantumkan (yang terpercaya). mohon ya zennn
Wew sampe segitunya ya? Selain email tersebut, Zenius juga menerima banyak banget request dari para user maupun followers untuk ikut membahas masalah ini. Sebenernya udah banyak artikel di internet yang udah membahas sih, tapi ga ada salahnya juga zen ikut-ikutan bahas.

Sejarah singkat ilmu pengetahuan tentang bumi dan alam semesta

Untuk mengetahui sejarah perjalanan pengetahuan manusia tentang alam semesta, kita perlu kembali ke ribuan tahun yang lalu, saat awal peradaban manusia di Bumi. Salah satu hal yang membedakan manusia, Homo Sapiens, dibandingkan spesies lain adalah kemampuan untuk berimajinasi. Misal kayak gini, kalo spesies-spesies lain ketemu singa, katakanlah rusa atau kuda, mereka kira-kira bakal berpikir begini "hati-hati, singa!". Tetapi manusia, berkat imajinasinya, bisa berpikir gini, "hati-hati, singa itu dewa penjaga hutan ini!". Imajinasi tersebut telah membantu manusia buat survive dan menjadi spesies paling berkuasa di muka bumi ini. Kok bisa? berkat imajinasi, manusia juga bisa membentuk sebuah kelompok, organisasi atau hukum dan peraturan yang ga mungkin bisa dilakukan oleh spesies lain. Di sisi lain, imajinasi tersebut juga menciptakan mitos dan kepercayaan terhadap benda atau fenomena yang ada di dunia ini.
Kalo lo mau cerita lebih lanjut tentang kemampuan imajinasi manusia ini, lo bisa pantengin cerita Glenn tentang Asal-usul Konsep Uang.

Jadi jangan bayangkan apa yang lo pikirkan sekarang tentang matahari, bulan, bintang atau berbagai hal yang terjadi di dunia ini sama dengan apa yang orang-orang jaman dulu pikirkan.
Di peradaban Mesir kuno, misalnya langit digambarkan sebagai wanita raksasa, berupa dewi Nut. Nut merentangkan kaki dan tangan ke 4 penjuru dunia sehingga menutupi bumi. Setiap pagi Nut melahirkan matahari dan malam harinya dia memakan kembali matahari. Siklus tersebut berulang setiap hari. Sementara itu, Geb, dewa bumi, berbaring di bawah langit (Nut). Geb digambarkan sebagai seorang laki-laki yang berbaring dibawah lengkungan langit Nut. Orang Mesir memiliki kepercayaan kalau gempa bumi itu disebabkan oleh Geb yang sedang tertawa. Sedangkan air laut di dunia ini merupakan air mata Nut ketika dipisahkan oleh Geb.
Terdengar liar banget imajinasinya? Kembali, jangan samakan pengetahuan manusia modern dengan manusia jaman dulu.

Berbeda dengan peradaban Mesir kuno yang menggambarkan alam semesta sebagai personifikasi dewa-dewi, di peradaban Babilonia, alam semesta dibagi menjadi struktur tiga lapis dengan bumi datar yang mengambang di atas air dan berada di bawah langit. Nah di peradaban Babilonia ini lah ilmu tentang perbintangan mulai maju, tapi meskipun begitu mereka masih menganggap benda-benda langit mempunyai kekuatas magis. Orang-orang membayangkan bentuk tertentu yang dihasilkan dari susunan bintang, dan menghubungkannya dengan aspek tertentu dari alam atau mitologi mereka. Orang-orang Babilonia percaya bahwa susunan bintang tersebut menentukan nasib manusia. Hal ini lah yang sekarang kita sebut dengan zodiak atau ramalan bintang. Sedangkan Matahari, Bulan dan planet-planet (saat itu yang ditemukan Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus) masing-masing diberi 1 hari sebagai persembahan. Jadilah satu minggu itu isinya 7 hari. Beberapa nama hari masih kita kenali sampai sekarang yaitu Sunday (matahari), Monday (bulan), Saturday (Saturnus).
Nah, di sini lo bisa lihat bagaimana orang jaman dulu mengambil kesimpulan, yaitu bukan hanya dari fakta yang mereka lihat, tapi banyak juga disertai oleh imajinasi-imajinasi. Imajinasi tersebutlah yang akhirnya melahirkan mitologi-mitologi yang ada di berbagai peradaban. Meskipun begitu, imajinasi ini sebenernya nggak selalu salah. Kadang, bisa juga benar. Tapi, imajinasi tersebut harus bisa divalidasi (diuji kebenarannya). Bagaimana cara memvalidasinya?

Dari Mitologi ke Rasionalitas

Pada awal peradaban Yunani Kuno, banyak juga sebenarnya pemikir-pemikir yang sudah mulai rasional, tapi masih berkesimpulan bahwa bumi itu datar. Misalnya, Thales berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan. Anaximander meyakini bahwa bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di udara. Anaximenes percaya bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan kemungkinan besar dia juga berpikir bumi berbentuk datar. Tetapi, yang membedakan argumen para pemikir di Yunani Kuno dengan sebelum-sebelumnya adalah, mereka sudah mulai berargumen berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan, meskipun belum sempurna. Dengan kultur semacam itu, lahirlah tokoh seperti Aristoteles.
Apakah Aristoteles yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bumi itu bulat masih jadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namun pada 340 tahun sebelum masehi, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang menulis pendapat tersebut dalam bukunya On the Heavens. Beberapa argumen yang Aristoteles kemukakan:

https://www.zenius.net/blog/12699/bumi-bulat-datar-flat-earth