Ilmu pengetahuan memang akan selalu berkembang. Tentu saja ini hal
yang pasti dan tidak diragukan lagi. Meskipun begitu banyak fakta dasar
yang masih dipertahankan setelah ratusan maupun ribuan tahun lalu karena
kebenarannya. Contohnya saja teori gravitasi Newton, hukum relativitas
dll, mungkin saja teori tersebut bisa kurang tepat. Apalagi jika ada
penelitian lebih baru yang dapat membantahnya.
Di Indonesia sekarang banyak perdebatan mengenai bentuk bumi yang sebenarnya sudah disepakati bentuknya sekitar 500 tahun yang lalu. Hal ini tentu saja bagus karena dapat merangsang dan memacu pikiran kita terhadap sesuatu yang sudah pasti. Tentu saja kita harus belajar dan mempertanyakan lagi benarkah bumi itu bulat? Kenapa tidak datar dsb nya. Oleh karena itu penggagas akan berusaha memberi informasi mengenai bukti-bukti ilmiah bahwa bumi itu tidak datar.
Berikut ini 10 faktanya
Hal ini cukup menjadi misteri bagi orang-orang Yunani kuno, mereka juga melakukan pengamatan mendalam terhadap bulan untuk mengetahui bentuk dari planet kita. Aristoteles (yang membuat cukup banyak pengamatan tentang sifat bola bumi) melihat bahwa selama gerhana bulan (ketika posisi bumi berada diantara Matahari dan Bulan, akan menciptakan bayangan dalam prosesnya), bayangan di permukaan Bulan adalah bulat. bayangan ini adalah Bumi, dan itu adalah bukti besar pada bahwa bumi memliki bentuk spheric bola.
Gerhana bulan
Gambar diatas menunjukkan serangkaian foto dari gerhana bulan yang terjadi pada 15 April 2014. Anda dapat melihat bayangan bumi melintasi permukaan Bulan, dan bentuk bayangannya adalah melengkung karena bumi adalah bulat.
Karena bumi berputar (lihat eksperimen “Foucault Pendulum” untuk bukti yang pasti, jika teman-teman masih ragu-ragu), bentuk bayangan yang konsisten oval yang dihasilkan di setiap gerhana bulan membuktikan bahwa bumi ini tidak hanya bulat tapi berbentuk seperti bola yang agak lonjong.
Tetapi aslinya kapal tersebut sama sekali tidak tenggelam dan tiba-tiba muncul (kecuali dalam “Pirates of the Caribbean” yang notabenenya adalah film fiktif!!!). Alasan kapal-kapal tersebut tampak seolah-olah mereka “muncul dari bawah laut” adalah karena dunia tidak datar alias bulat (spheric) atau bola yang tidak sempurna.
Apa yang akan Anda lihat jika Anda melihat semut berjalan ke arah Anda atas permukaan melengkung.
Bayangkan apabila semut berjalan sepanjang permukaan jeruk dan menuju kearah teman-teman. Jika Anda melihat jeruk tepat di depan kita, kita akan melihat tubuh semut perlahan naik dari “cakrawala”, karena kelengkungan jeruk. Jika Anda akan melakukan percobaan itu dengan jalan panjang, efeknya akan berubah: Semut akan perlahan-lahan ‘tampak’ di depan kita, tergantung pada seberapa tajam penglihatan Anda.
Setelah kembali dari perjalanan ke Mesir, Aristoteles mencatat bahwa ada rasi bintang yang terlihat di Mesir dan Siprus tetapi tidak terlihat di daerah utara. Fenomena ini hanya bisa dijelaskan apabila manusia melihat bintang dari permukaan yang bulat. Aristoteles mengklaim bahwa lingkup lekukan bumi berbentuk melengkung tetapi karena ukuran bumi yang besar perbedaan pandangan rasi bintang tidak bisa langsung terlihat. (De caelo, 298a2-10)
Semakin jauh Anda pergi dari khatulistiwa, semakin bervariasi konstelasi bintang yang kita lihat dan digantikan oleh bintang-bintang yang berbeda. Ini tidak akan terjadi jika dunia itu datar:
Bayangkan sinar matahari (diwakili oleh garis kuning) akan melewati dua tongkat (garis putih) yang berada pada jarak terpisah. Jika bumi datar, bayangan yang dihasilkan akan sama panjang, tidak peduli seberapa jauh teman-teman menempatkan tongkat.
Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Apabila teman-teman ukur dua tongkat dengan jarak tertentu maka panjang bayangannya akan berbeda. Hal ini dikarenakan bumi itu bulat, dan tidak datar:
Eratosthenes (276-194 SM) menggunakan prinsip ini untuk menghitung keliling Bumi dengan cukup akurat.
Semakin tinggi tempat kita maka semakin jauh kita akan dapat melihat. Biasanya, hal ini cenderung dihubungkan dengan hambatan di Bumi, seperti contohnya kita memiliki rumah atau pohon yang menghalangi penglihatan kita dari tanah. Apabila kita mendaki ke atas maka kita akan memiliki pandangan yang lebih jelas, tetapi hal itu bukanlah alasan yang benar. Bahkan jika teman-teman memiliki tempat tinggi yang benar-benar jelas tanpa rintangan, kita tetap akan melihat lebih jauh dari ketinggian yang lebih tinggi.
Fenomena ini juga disebabkan oleh kelengkungan bumi dan tidak akan terjadi jika bumi itu datar:
Di Indonesia sekarang banyak perdebatan mengenai bentuk bumi yang sebenarnya sudah disepakati bentuknya sekitar 500 tahun yang lalu. Hal ini tentu saja bagus karena dapat merangsang dan memacu pikiran kita terhadap sesuatu yang sudah pasti. Tentu saja kita harus belajar dan mempertanyakan lagi benarkah bumi itu bulat? Kenapa tidak datar dsb nya. Oleh karena itu penggagas akan berusaha memberi informasi mengenai bukti-bukti ilmiah bahwa bumi itu tidak datar.
Berikut ini 10 faktanya
1. Bulan
Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa bulan itu berbentuk bulat. Bulan akan tampak berubah-ubah dari bulan sabit, bulan purnama hingga kembali menjadi sabit lagi apabila dilihat dari bumi. Bahkan prediksi pemberian tanggal berdasarkan bulan juga sangat akurat. Hal ini berarti bulan berputar pada orbit yang jelas.Hal ini cukup menjadi misteri bagi orang-orang Yunani kuno, mereka juga melakukan pengamatan mendalam terhadap bulan untuk mengetahui bentuk dari planet kita. Aristoteles (yang membuat cukup banyak pengamatan tentang sifat bola bumi) melihat bahwa selama gerhana bulan (ketika posisi bumi berada diantara Matahari dan Bulan, akan menciptakan bayangan dalam prosesnya), bayangan di permukaan Bulan adalah bulat. bayangan ini adalah Bumi, dan itu adalah bukti besar pada bahwa bumi memliki bentuk spheric bola.
Gerhana bulan
Gambar diatas menunjukkan serangkaian foto dari gerhana bulan yang terjadi pada 15 April 2014. Anda dapat melihat bayangan bumi melintasi permukaan Bulan, dan bentuk bayangannya adalah melengkung karena bumi adalah bulat.
Karena bumi berputar (lihat eksperimen “Foucault Pendulum” untuk bukti yang pasti, jika teman-teman masih ragu-ragu), bentuk bayangan yang konsisten oval yang dihasilkan di setiap gerhana bulan membuktikan bahwa bumi ini tidak hanya bulat tapi berbentuk seperti bola yang agak lonjong.
2. Munculnya Kapal dari Horizon
Jika Anda sudah pernah pergi ke pelabuhan, atau hanya berjalan menyusuri pantai dan memandangi cakrawala, teman-teman mungkin melihat fenomena yang sangat menarik: saat kapal mendekat, kapal tersebut tidak hanya “muncul” dari cakrawala ( seperti mereka harus memiliki jika dunia itu datar), melainkan muncul seakan-akan dari bawah laut.Tetapi aslinya kapal tersebut sama sekali tidak tenggelam dan tiba-tiba muncul (kecuali dalam “Pirates of the Caribbean” yang notabenenya adalah film fiktif!!!). Alasan kapal-kapal tersebut tampak seolah-olah mereka “muncul dari bawah laut” adalah karena dunia tidak datar alias bulat (spheric) atau bola yang tidak sempurna.
Apa yang akan Anda lihat jika Anda melihat semut berjalan ke arah Anda atas permukaan melengkung.
Bayangkan apabila semut berjalan sepanjang permukaan jeruk dan menuju kearah teman-teman. Jika Anda melihat jeruk tepat di depan kita, kita akan melihat tubuh semut perlahan naik dari “cakrawala”, karena kelengkungan jeruk. Jika Anda akan melakukan percobaan itu dengan jalan panjang, efeknya akan berubah: Semut akan perlahan-lahan ‘tampak’ di depan kita, tergantung pada seberapa tajam penglihatan Anda.
3. Variasi Konstelasi Bintang
Pengamatan ini awalnya dibuat oleh Aristoteles (384-322 SM), yang menyatakan Bumi bulat dilihat dari rasi bintang yang berbeda saat dia bergerak menjauh dari khatulistiwa.Setelah kembali dari perjalanan ke Mesir, Aristoteles mencatat bahwa ada rasi bintang yang terlihat di Mesir dan Siprus tetapi tidak terlihat di daerah utara. Fenomena ini hanya bisa dijelaskan apabila manusia melihat bintang dari permukaan yang bulat. Aristoteles mengklaim bahwa lingkup lekukan bumi berbentuk melengkung tetapi karena ukuran bumi yang besar perbedaan pandangan rasi bintang tidak bisa langsung terlihat. (De caelo, 298a2-10)
Semakin jauh Anda pergi dari khatulistiwa, semakin bervariasi konstelasi bintang yang kita lihat dan digantikan oleh bintang-bintang yang berbeda. Ini tidak akan terjadi jika dunia itu datar:
4. Bayangan dan Tongkat
Jika teman-teman mencoba menancapkan tongkat pada tanah, maka akan tongkat tersebut akan menghasilkan bayangan. Bayangan bergerak seiring berjalannya waktu (yang merupakan prinsip kuno Bayangan Jam). Jika bumi ini memang datar, apabila dua tongkat ditancapkan di lokasi yang berbeda akan menghasilkan bayangan yang sama:Bayangkan sinar matahari (diwakili oleh garis kuning) akan melewati dua tongkat (garis putih) yang berada pada jarak terpisah. Jika bumi datar, bayangan yang dihasilkan akan sama panjang, tidak peduli seberapa jauh teman-teman menempatkan tongkat.
Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Apabila teman-teman ukur dua tongkat dengan jarak tertentu maka panjang bayangannya akan berbeda. Hal ini dikarenakan bumi itu bulat, dan tidak datar:
Eratosthenes (276-194 SM) menggunakan prinsip ini untuk menghitung keliling Bumi dengan cukup akurat.
5. Melihat dari Ketinggian
Apabila kita berdiri di dataran tinggi, teman-teman dapat melihat pemandangan di depan menuju cakrawala. Dengan memfokuskan mata kita, kemudian mengambil teropong favorit an menatap melalui objek yang kita suka, sejauh mata kita memandang (dengan bantuan lensa teropong) kita bisa melihatnya.Semakin tinggi tempat kita maka semakin jauh kita akan dapat melihat. Biasanya, hal ini cenderung dihubungkan dengan hambatan di Bumi, seperti contohnya kita memiliki rumah atau pohon yang menghalangi penglihatan kita dari tanah. Apabila kita mendaki ke atas maka kita akan memiliki pandangan yang lebih jelas, tetapi hal itu bukanlah alasan yang benar. Bahkan jika teman-teman memiliki tempat tinggi yang benar-benar jelas tanpa rintangan, kita tetap akan melihat lebih jauh dari ketinggian yang lebih tinggi.
Fenomena ini juga disebabkan oleh kelengkungan bumi dan tidak akan terjadi jika bumi itu datar: