Mana yang benar: Bumi bulat atau Bumi datar?

Halo! Artikel blog Zenius kali ini akan membahas tentang bentuk bumi. Sebenernya materi bentuk bumi merupakan materi IPA kelas 3 SD dan sudah diketahui oleh manusia sejak 2300 tahun yang lalu. Tapi berhubung akhir-akhir ini banyak yang mendebatkan, jadi ga ada salahnya kita flashback jauh ke belakang sekaligus mengenang masa kecil kita masing-masing :p
Akhir-akhir ini di berbagai media sosial rame banget dibahas tentang bumi yang berbentuk datar (flat earth). Ga cuma di Indonesia, di Amerika pun pandangan bumi datar pun sempet rame dan cukup banyak dipercaya oleh beberapa kalangan. Guru-guru yang diharapkan bisa men-counter hal ini ga jarang ikut-ikutan terbawa arus. Berikut ini curhatan salah satu siswa di email zenius:
Zenn, plis banget kali ini saya minta bikin artikel tentang mana yang benar antara bumi datar atau bumi bulat (gak bulat bgt sih). Sekolah saya udah gaduh. Guru-guru saya udah mulai percaya teori bumi datar. Angkatan kakak kelas saya juga udah mulai gabener. Masa promosi ekskul malah nyinggung-nyinggung kalo bumi itu datar. Masalahnya bawa-bawa ayat-ayat kitab agama tertentu. Saya cuma takut kita anak-anak Indonesia pemikirannya malah mundur. Karena udah terjadi di lingkungan sekolah saya. pliss banget zenn biar semua cerah terang benderang. Gaada lagi propaganda benci negara-negara tertentu karena membeberkan teori bohong. plissss zen saya mohon dengan sangat. Kalau bisa narasumbernya dicantumkan (yang terpercaya). mohon ya zennn
Wew sampe segitunya ya? Selain email tersebut, Zenius juga menerima banyak banget request dari para user maupun followers untuk ikut membahas masalah ini. Sebenernya udah banyak artikel di internet yang udah membahas sih, tapi ga ada salahnya juga zen ikut-ikutan bahas.

Sejarah singkat ilmu pengetahuan tentang bumi dan alam semesta

Untuk mengetahui sejarah perjalanan pengetahuan manusia tentang alam semesta, kita perlu kembali ke ribuan tahun yang lalu, saat awal peradaban manusia di Bumi. Salah satu hal yang membedakan manusia, Homo Sapiens, dibandingkan spesies lain adalah kemampuan untuk berimajinasi. Misal kayak gini, kalo spesies-spesies lain ketemu singa, katakanlah rusa atau kuda, mereka kira-kira bakal berpikir begini "hati-hati, singa!". Tetapi manusia, berkat imajinasinya, bisa berpikir gini, "hati-hati, singa itu dewa penjaga hutan ini!". Imajinasi tersebut telah membantu manusia buat survive dan menjadi spesies paling berkuasa di muka bumi ini. Kok bisa? berkat imajinasi, manusia juga bisa membentuk sebuah kelompok, organisasi atau hukum dan peraturan yang ga mungkin bisa dilakukan oleh spesies lain. Di sisi lain, imajinasi tersebut juga menciptakan mitos dan kepercayaan terhadap benda atau fenomena yang ada di dunia ini.
Kalo lo mau cerita lebih lanjut tentang kemampuan imajinasi manusia ini, lo bisa pantengin cerita Glenn tentang Asal-usul Konsep Uang.

Jadi jangan bayangkan apa yang lo pikirkan sekarang tentang matahari, bulan, bintang atau berbagai hal yang terjadi di dunia ini sama dengan apa yang orang-orang jaman dulu pikirkan.
Di peradaban Mesir kuno, misalnya langit digambarkan sebagai wanita raksasa, berupa dewi Nut. Nut merentangkan kaki dan tangan ke 4 penjuru dunia sehingga menutupi bumi. Setiap pagi Nut melahirkan matahari dan malam harinya dia memakan kembali matahari. Siklus tersebut berulang setiap hari. Sementara itu, Geb, dewa bumi, berbaring di bawah langit (Nut). Geb digambarkan sebagai seorang laki-laki yang berbaring dibawah lengkungan langit Nut. Orang Mesir memiliki kepercayaan kalau gempa bumi itu disebabkan oleh Geb yang sedang tertawa. Sedangkan air laut di dunia ini merupakan air mata Nut ketika dipisahkan oleh Geb.
Terdengar liar banget imajinasinya? Kembali, jangan samakan pengetahuan manusia modern dengan manusia jaman dulu.

Berbeda dengan peradaban Mesir kuno yang menggambarkan alam semesta sebagai personifikasi dewa-dewi, di peradaban Babilonia, alam semesta dibagi menjadi struktur tiga lapis dengan bumi datar yang mengambang di atas air dan berada di bawah langit. Nah di peradaban Babilonia ini lah ilmu tentang perbintangan mulai maju, tapi meskipun begitu mereka masih menganggap benda-benda langit mempunyai kekuatas magis. Orang-orang membayangkan bentuk tertentu yang dihasilkan dari susunan bintang, dan menghubungkannya dengan aspek tertentu dari alam atau mitologi mereka. Orang-orang Babilonia percaya bahwa susunan bintang tersebut menentukan nasib manusia. Hal ini lah yang sekarang kita sebut dengan zodiak atau ramalan bintang. Sedangkan Matahari, Bulan dan planet-planet (saat itu yang ditemukan Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus) masing-masing diberi 1 hari sebagai persembahan. Jadilah satu minggu itu isinya 7 hari. Beberapa nama hari masih kita kenali sampai sekarang yaitu Sunday (matahari), Monday (bulan), Saturday (Saturnus).
Nah, di sini lo bisa lihat bagaimana orang jaman dulu mengambil kesimpulan, yaitu bukan hanya dari fakta yang mereka lihat, tapi banyak juga disertai oleh imajinasi-imajinasi. Imajinasi tersebutlah yang akhirnya melahirkan mitologi-mitologi yang ada di berbagai peradaban. Meskipun begitu, imajinasi ini sebenernya nggak selalu salah. Kadang, bisa juga benar. Tapi, imajinasi tersebut harus bisa divalidasi (diuji kebenarannya). Bagaimana cara memvalidasinya?

Dari Mitologi ke Rasionalitas

Pada awal peradaban Yunani Kuno, banyak juga sebenarnya pemikir-pemikir yang sudah mulai rasional, tapi masih berkesimpulan bahwa bumi itu datar. Misalnya, Thales berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan. Anaximander meyakini bahwa bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di udara. Anaximenes percaya bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan kemungkinan besar dia juga berpikir bumi berbentuk datar. Tetapi, yang membedakan argumen para pemikir di Yunani Kuno dengan sebelum-sebelumnya adalah, mereka sudah mulai berargumen berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan, meskipun belum sempurna. Dengan kultur semacam itu, lahirlah tokoh seperti Aristoteles.
Apakah Aristoteles yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bumi itu bulat masih jadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namun pada 340 tahun sebelum masehi, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang menulis pendapat tersebut dalam bukunya On the Heavens. Beberapa argumen yang Aristoteles kemukakan:

https://www.zenius.net/blog/12699/bumi-bulat-datar-flat-earth
First


EmoticonEmoticon